Monday, November 29, 2010

PVJ My Home Town

Berjibaku menyelesaikan 154 sks di sebuah perguruan tinggi negeri selama hampir 5,5 tahun (iya nggak usah pake nyela, gw tau lama bgt) demi selembar kertas bernama ijasah, membuat Bandung punya tempat khusus di hati gw. Paris Van Java always be my hometown (baca:Bandung selalu jadi kampung gw).

Setiap kali melewati gerbang tol Padalarang Barat,secara otomatis tanpa dikomando otak gw mem-flash back untaian-untaian lirih memori nan indah permai gemah ripah sentosa sakinah mawadah barokah (awalnya mencoba sedikit puitis malah berakhir dengan absurd).
Seperti dvd bajakan yang udah scratch parah, secara random cuplikan-cuplikan kisah hidup yang pernah gw lewatin di Bandung berkelebat liar di benak. Di kota inilah banyak hal luar biasa terjadi. Luar biasa lucu. Luar biasa aneh. Luar biasa haru. Luar biasa sedih. Luar biasa horor. Luar biasa ngeden (ya iyalah masa 5,5 tahun gw kaga pup?!).

Di kota ini gw pernah ngerasain ngamen plus jualan donat dan bunga demi nyari dana. Di kota ini gw pernah kehilangan seorang sahabat saat naek gunung (how're you doin' up there Agustinus Simatupang?). Di kota ini gw belajar indahnya perbedaan dengan ditahbiskannya gw menjadi marga Sibarani secara paksa dengan upacara tumpang tangan di atas sepiring ayam bakar lengkap dengan tahu dan tempe goreng. Di kota ini gw belajar menjadi manusia yang lebih utuh (dulunya unsur silumannya lebih banyak). Di kota ini gw belajar tentang hidup.

Kadang-kadang sulit untuk ngerti kenapa sesuatu terjadi di hidup kita. Saking sulitnya,mgkn kita berpikir Tuhan nggak adil ato kita dikutuk (just for enlightment,selama elo belum jadi batu a.k.a malin kundang artinya elo nggak dikutuk). Put in this perspective guys,God works in His own ways with different angle. Seperti seorang anak kecil melihat dari bawah ibunya yang duduk di kursi sambil menyulam,begitulah terkadang ruwetnya memahami rancangan Tuhan atas hidup kita. Dari bawah, yang terlihat adalah benang-benang berbagai warna yang terhubung dengan semerawut nggak beraturan. Tetapi dari atas,dari sudut pandang si Ibu,benang-benang semerawut itu membentuk sebuah pola sulaman yang indah yang memang sudah direncanakan sebelumnya. Mungkin kita perlu sudut pandang yang berbeda saat melihat hidup kita. Mungkin kita perlu mata yang berbeda untuk memandang semerawutnya hidup kita. Mungkin kita perlu duduk di pangkuan Tuhan untuk bisa melihat dengan lebih jelas dan mengerti what the heck He is doin' with our life. Yang masih gw pelajari sampai saat ini adalah keyakinan kl "pola sulamanNya" akan selalu baik dan indah. Sekalipun gw kaya anak kecil yang nggak ngerti,tp selama Tuhan tau apa yang sedang dikerjakanNya,itu sudah cukup buat gw.

Sekarang, setelah 5 tahun gw ninggalin Bandung, nostalgia itu tetap menari lincah di langit-langit pikiran gw. Dan seperti 10 tahun yang lalu, gw masih yakin bukan kebetulan gw terdampar di sana. Tuhan nempatin gw di Bandung karena satu maksud. Satu rancangan yang indah buat hidup gw. Bandung adalah satu puzzle yang Tuhan taroh di hidup gw seperti potongan kisah hidup gw lainnya, yang nanti pasti bisa gw liat gambaran utuhnya. And with all the sweet and bitter I've been through in this city, dengan tersenyum,gw bisa bilang: Bandung will always be my hometown :)

No comments:

Post a Comment