Friday, January 20, 2012

Jam Pasir



Sedikit demi sedikit butiran itu mulai jatuh mengosongi jam pasir.
Tinggal sebentar lagi.
Tinggal sedikit lagi.
Mungkin lebih baik aku pecahkan jam pasir ini dan mengutuki setiap butir yang bergulir.
Mungkin lebih baik aku tinggalkan saja dan persetan dengan semuanya.
Tapi tidak mungkin.
Aku tidak bisa.

Itu bukan aku.
Ini terlalu berharga untuk ditinggalkan.
Terlalu penting untuk dihempaskan.
Aku lebih memilih jadi orang bodoh naif yang berjuang sampai akhir dan kalah,
daripada menjadi pengecut.

Friday, January 6, 2012

Lesson from Kneeling between God's Authority and Favor.

Kalau kalian sudah membaca Blog gw sebelumnya (http://andylesmana.blogspot.com/2012/01/kneeling-between-gods-authority-and.html), kalian akan tahu kalau saat ini ini gw sedang melakukan "Project 40 hari" memohon kemurahan Tuhan untuk mengubah detail rancangan indah Tangan-Nya atas hidup gw. Selama beberapa hari ini menjalani project ini, gw belajar banyak hal yang pengen banget gw share sama kalian. Pembelajaran yang membuat gw bersyukur gw udah memulai project ini dan apapun hasilnya nanti gw yakin gw bukanlah orang yang sama.


30 Desember 2011, Bandung


Sepulang dari ngasih training di BSM, dalam perjalanan pulang gw percaya Tuhan berbicara di hati gw dan meminta untuk memberikan 5.000 rupiah ke satu-satunya pengamen yang akan gw temui dalam perjalanan menuju Leuwi Panjang (percayalah gw bukan Nabi dan sama sekali bukan orang suci). Seingat gw nggak ada uang 5.000 di dompet ataupun di kantong jaket, dan Dia mengingatkan: "Ada di kantong celana sebelah kanan" dan beneran ada. Dasar gw sebodoh Timotius, gw nanya dalam hati darimana gw bisa tau pengamen mana yang akan gw kasih; secara dari BSM ke Leuwi panjang ada sekitar tiga sampai empat lampu merah. Dan dijawab dengan sangat jelas: "Dia adalah satu-satunya pengamen yang akan datang menghampiri".

Kneeling Between God's Authority and Favor



6 January 2012.


Ini adalah hari kesembilan gw berlutut di antara Otoritas dan Kemurahan Tuhan atas rencana hidup gw.


Terinspirasi dengan Musa dan Abraham yang berdiri di hadapan Tuhan memohon belas kasihan dan Allah mengabulkan permintaan mereka, gw mencoba melakukan hal yang sama. 


Sekalipun gw nggak benar-benar tau apa yang akan terjadi di depan, tapi gw mencoba memohon kemurahan Tuhan untuk mengabulkan apa yang gw mau. Mencoba membujuk Tuhan mengubah detail rencana indah Nya atas hidup gw. 


Sama sekali bukan permintaan yang muluk, bukan permohonan yang aneh-aneh. hanya sebuah kerinduan hati yang terasa sangat kuat.  


Masih ada 31 hari ke depan untuk melihat apa yang akan terjadi. saat ini yang bisa gw lakukan hanyalah berharap Tuhan akan menilik jauh ke dalam hati gw dan melihat kalo gw benar-benar serius dan yakin dengan pilihan gw.