Tuesday, March 13, 2012

The BIG Clown is in the house!


Sudut ruangan benteng batu, 13 Maret 2012, 00:12.

Tiga menit lagi sebelum pria tua gendut berkumis dalam balutan jubah merah meneriakkan namanya dan memanggilnya ke tengah panggung. Tiga menit lagi sebelum panas sinar lampu spotlight dan ratusan blitz kamera menghujaninya. Tiga menit lagi sebelum kembali namanya terukir megah di ingatan para penonton. Dia adalah bintang pertunjukan di sirkus itu. Sudah 20 tahun lebih dia menjalaninya. Dan tidak pernah sekalipun dia gagal membuat ratusan mata terpingkal-pingkal melihat ulahnya. Dia selalu mendapatkan standing ovation sebagai tanda penghormatan atas kemampuannya menghibur. Namanya menjadi buah bibir setiap kali sirkus itu mampir di sebuah kota. Namanya dielu-elukan.Sang Badut Sirkus. Bukan badut sembarangan. Bukan badut kacangan. Bukan badut rendahan. Tapi dialah sang badut Sirkus.

Thursday, February 9, 2012

Reality Start Kicks in and Kills


It takes moments to digest what is happening.
It takes hours and reality starts kicks in and kills.
My brain stops freezing and thoughts jump out of control.
That’s when tears start falling inside and hurts transform to pain
That’s when big deep dark hole appears and sucks hope, pray, and wishes.
Half part of me missing
Half breathe of me dying
Deep diving in agony.
And I break down into pieces.
Left alone in the dark stuck in words, breathless, and fading
It is hurt…so damn freaking hurt.


I don't want to lose my Sunshine...

Friday, January 20, 2012

Jam Pasir



Sedikit demi sedikit butiran itu mulai jatuh mengosongi jam pasir.
Tinggal sebentar lagi.
Tinggal sedikit lagi.
Mungkin lebih baik aku pecahkan jam pasir ini dan mengutuki setiap butir yang bergulir.
Mungkin lebih baik aku tinggalkan saja dan persetan dengan semuanya.
Tapi tidak mungkin.
Aku tidak bisa.

Itu bukan aku.
Ini terlalu berharga untuk ditinggalkan.
Terlalu penting untuk dihempaskan.
Aku lebih memilih jadi orang bodoh naif yang berjuang sampai akhir dan kalah,
daripada menjadi pengecut.

Friday, January 6, 2012

Lesson from Kneeling between God's Authority and Favor.

Kalau kalian sudah membaca Blog gw sebelumnya (http://andylesmana.blogspot.com/2012/01/kneeling-between-gods-authority-and.html), kalian akan tahu kalau saat ini ini gw sedang melakukan "Project 40 hari" memohon kemurahan Tuhan untuk mengubah detail rancangan indah Tangan-Nya atas hidup gw. Selama beberapa hari ini menjalani project ini, gw belajar banyak hal yang pengen banget gw share sama kalian. Pembelajaran yang membuat gw bersyukur gw udah memulai project ini dan apapun hasilnya nanti gw yakin gw bukanlah orang yang sama.


30 Desember 2011, Bandung


Sepulang dari ngasih training di BSM, dalam perjalanan pulang gw percaya Tuhan berbicara di hati gw dan meminta untuk memberikan 5.000 rupiah ke satu-satunya pengamen yang akan gw temui dalam perjalanan menuju Leuwi Panjang (percayalah gw bukan Nabi dan sama sekali bukan orang suci). Seingat gw nggak ada uang 5.000 di dompet ataupun di kantong jaket, dan Dia mengingatkan: "Ada di kantong celana sebelah kanan" dan beneran ada. Dasar gw sebodoh Timotius, gw nanya dalam hati darimana gw bisa tau pengamen mana yang akan gw kasih; secara dari BSM ke Leuwi panjang ada sekitar tiga sampai empat lampu merah. Dan dijawab dengan sangat jelas: "Dia adalah satu-satunya pengamen yang akan datang menghampiri".

Kneeling Between God's Authority and Favor



6 January 2012.


Ini adalah hari kesembilan gw berlutut di antara Otoritas dan Kemurahan Tuhan atas rencana hidup gw.


Terinspirasi dengan Musa dan Abraham yang berdiri di hadapan Tuhan memohon belas kasihan dan Allah mengabulkan permintaan mereka, gw mencoba melakukan hal yang sama. 


Sekalipun gw nggak benar-benar tau apa yang akan terjadi di depan, tapi gw mencoba memohon kemurahan Tuhan untuk mengabulkan apa yang gw mau. Mencoba membujuk Tuhan mengubah detail rencana indah Nya atas hidup gw. 


Sama sekali bukan permintaan yang muluk, bukan permohonan yang aneh-aneh. hanya sebuah kerinduan hati yang terasa sangat kuat.  


Masih ada 31 hari ke depan untuk melihat apa yang akan terjadi. saat ini yang bisa gw lakukan hanyalah berharap Tuhan akan menilik jauh ke dalam hati gw dan melihat kalo gw benar-benar serius dan yakin dengan pilihan gw. 

Tuesday, December 13, 2011

A Pixel Spot in the Universe

“Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya.”  - Mazmur 19:2


Ternyata bumi hanya sepersekian ukuran matahari.


Ternyata matahari hanya sepersekian ukuran bintang lainnya.


Ternyata bintang lainnya hanya sejumput kecil bagian dari seluruh rangkaian galaksi.


Ternyata manusia lebih kecil dari debu di alam semesta.  


Sebelum hari Minggu, 11 Desember 2011 pukul 11:30 WIC (Waktu Indonesia bagian Cikarang-jangan nyela!) Mazmur 19:2 bagi gw adalah ayat yang “sekedar indah”. Sampai Pdt Donny memulai “kelas astronominya” dan membuat ayat dengan sembilan kata sederhana tersebut menjadi ayat yang mampu membuat gw menahan nafas dan terbengang bengong dengan suksesnya. This is what I’d like to share with you guys, about what I got and what my thought of it. 

Btw, Paragraph berikutnya akan banyak sekali angka-angka dengan deretan “0” yang panjang.  Berhubung gw adalah orang yang baik hati, murah senyum, rajin menabung, dan tidak sombong apalagi arogan; gw akan mencoba mempermudah hidup kalian dengan beberapa ilustrasi gambar. Be ready guys to hold your breath and terbengang bengong (nggak kepikiran bahasa Inggrisnya apaan). Pasti-in aja nganga-nya nggak terlalu lebar takutnya ada laler nyasar.


Monday, December 12, 2011

Jumping Off the Cliff

I'm floating between the horizon and earth while my conscious mind battling with my poet heart. 
How did I jump off the cliff, I don't know. 
I think I know but I'm still wondering how to put it right to satisfy my sanity. 
One thing for sure, I intently jump off it without knowing will I be saved or crushed. 
Stupid I know. But life is a gambling, isn't it? A path of choices and consequences. 
I think I've made mine and here I am testing the gravity.