Tampaknya memang bukan pertarungan yang seimbang. Petinju yang satu tinggi besar, pemenang kelas berat, sedangkan lawannya adalah petinju kelas bulu yang hanya pernah sesekali memenangkan pertandingann,itupun pertandingan kelas kampung dan hanya menang tipis.
Si kelas berat berdiri dengan kokohnya seperti gunung tinggi,sementara si kelas bulu berdiri dengan susah payah, wajah babak belur, kaki gemetar,dan nafas tersengal,padahal pertandingan baru berjalan 3 dari 12 ronde.
Para penonton mulai berteriak mendesak si kelas bulu untuk menyerah,toh hasil akhirnya pun sudah jelas. Anak kecil pun tahu akan seperti apa ujungnya. Tapi entah kenapa si kelas bulu ini tetap bersikeras untuk bertahan."Cari mati" pikir para penonton yang menyaksikan pertandingan.
Memang bukan pertarungan yang seimbang. Seharusnya ada tiga petinju di atas ring itu. Itu perjanjian awalnya. Pertarungan dua lawan satu. Dua petinju kelas bulu melawan satu petinju kelas berat, namun entah kenapa salah satu petinju kelas bulu meninggalkan ring saat pertandingan baru berjalan 2 ronde. Entahlah,mungkin karena dipikirnya sudah tidak ada gunanya,mungkin pikirnya hasilnya sudah jelas. Mungkin memang si kelas bulu yang masih bertahan yang gila.
Si kelas bulu ini bisa dibilang agak beruntung,entah kenapa setiap kali si kelas berat ingin melayangkan pukulan pamungkasnya, bel pergantian ronde selalu tepat berdering. Setidaknya sampai saat ini keajaiban itu masih terjadi. Si kelas bulu dapat kembali ke pojok ring,mengistirahatkan kaki letihnya sesaat, sementara sang pelatih memberinya minum.
Oh iya berbicara mengenai sang pelatih. Ada yang aneh dari pelatih ini. Dia tidak pernah membawa handuk. Apa jadinya kalau anak didiknya terancam nyawanya,bukankah dia seharusnya melemparkan handuk putih tanda menyerah?
Dasar pelatih yang aneh,setiap kali anak didiknya terhuyung akan jatuh dia hanya berteriak satu kalimat. Kalimat yang menjadi trade mark nya. Dia tidak pernah berteriak "beri jab kanan,uppercut dia,musnahkan!" Pelatih aneh ini hanya berteriak kalimat yang itu-itu saja "Bertahanlah sampai akhir!" Kadang-kadang kalimat penyemangatnya itu berhasil,namun tidak jarang gagal dan anak didiknya memilih untuk menyerah.
Ngomong-ngomong soal reputasi,pelatih ini lebih dikenal dengan reputasi menyelak pertandingan. Iya menyelak pertandingan. Saat tampaknya petinju kesayangannya akan jatuh mencium kanvas, pelatih ini akan menangkap tubuh sang petinju lunglai, tidak membiarkannya jatuh, dan menggantikannya bertarung. Iya menggantikannya bertarung! Umurnya mungkin sudah bisa dibilang tua, tapi kemampuan bertarungnya... You have to see it by your own eyes,it's miracle! Dia pernah bangkit dari hitungan KO kesembilan,bangkit dan melayangkan pukulannya tepat ke wajah petinju pemenang kejuaraan dunia dan membalikkan keadaan. Dia mengkanvaskan sang juara dunia! Pertandingan dramatis itu masih menjadi pembicaraan sampai sekarang.
Ok,kita kembali lagi ke tengah ring tempat pertarungan tidak seimbang itu berlangsung. Well,situasinya masih sama. Si kelas berat masih berdiri kokoh dan si kelas bulu masih berdiri tertatih. Saya sangat penasaran dengan si kelas bulu,apa yang menjadi alasan dia bertahan?
Di tengah nafasnya yang memburu kelelahan,dia berbisik lirih "ini juga adalah pertarunganku,bukan hanya milik rekanku,
Aku sudah berjanji kepadanya kalau ak akan berdiri mendampinginya, so I keep my words.
Lagipula Coach berkata aku hanya perlu bertahan,maka aku mencoba untuk bertahan.
Aku juga tidak tahu bagaimana hasil akhirnya, aku bahkan tidak terlalu perduli. Aku hanya akan bertahan berdiri sampai 12 ronde ini berakhir. Aku tidak akan menyerah sebelum pertandingan berakhir.
Mungkin akan ada kejaiban di akhir ronde nanti,mungkin aku akan punya kesempatan melayangkan tinju kecilku ke wajah angkuhnya,mungkin juga tidak. Entahlah, kita tidak pernah tahu kalau tidak bertahan sampai akhir...kita tidak akan pernah tahu... Aku hanya akan mencoba tetap berdiri bertahan sampai pertarungan berakhir."
No comments:
Post a Comment